Pengunjung Setia

Senin, 20 Juni 2011

JUMATKU DENGAN BUNDA PIPIET SENJA

JUMATKU DENGAN BUNDA PIPIET SENJA

Ini bukan norak tapi kocak.... selamat membaca !!!!

TIGA ANAK BARU BUNDA PIPIET SENJA

Berawal dari usaha kerasku melawan kemalasan diri yang sering kali menghampiri. Saat itu tepat hari Jumat, 22 April 2011. Inginnya hari itu tanpa agenda keluar rumah karena kebetulan adalah tanggal merah. Namun, tanggung jawab yang aku emban mengharuskanku pergi menghadiri rapat keempat dalam rangka acara peluncuran dan bedah novel 3 karya penulis yang akan diadakan Senin, 25 April 2011. Dengan langkah sedikit malas- malasan aku menuju simpang tiga dan menunggu angkot yang siap menghantarku ke tempat rapat yang cukup jauh dari gubukku. Karena hari libur mungkin banyak supir angkot yang memilih santai- santai di rumah sehingga membuat penumpang menunggu lama Pak Supir yang bersedia mencari uang di hari itu. Hampir 25 menit juga aku menunggu angkot tersebut. Eh, sudah lama padat pula angkotnya dan itu cukup membuatku sesak karena bercampurnya bau dari segala sudut dan penjuru.

Sampai juga aku di tempat rapat yakni di mesjid kampus UMSU. Masih sangat sepi makhluknya dan aku pun menunggu beberapa menit kehadiran panitia lainnya. Sedikit berbincang- bincang dengan ketua panitia membuat kebeteanku hilang hingga akhirnya rapat pun dimulai. Menulis susunan acara, waktu dan lain sebagainya termasuk tugasku namun konsentrasiku sedikit terganggu karena teringat akan tugas kuliah yang menumpuk, tugas LRS yang belum aku kerjakan dan parahnya lagi hari Senin saat acara peluncuran dan bedah novel 3 karya penulis tersebut, dosenku membuat jadwal ujian tengah semester yang mengharuskanku merelakan terlambat menghadiri acara hebat itu. Harus terlambat membuatku  dirundung kecewa namun yang aku takutkan malah tidak dapat hadir karena mata kuliah yang diujiankan ada dua dan cukup sulit. Sungguh hal itu akan membuatku semakin  kecewa dan sedih karena tak dapat menghadiri acara yang sudah lama aku tunggu- tunggu. Tapi aku tetap yakin bahwa Allah akan memberikan jalan keluar yang tepat buatku.

Rapat pun usai bersamaan dengan azan Ashar yang berkumandang indah. Aku bergegas mengambil wudhu agar bisa shalat berjemaah. Kegalauan hatiku setidaknya berkurang setelah mengadu padaNya. Aku sandarkan tubuhku barang beberapa menit ke tempok mesjid seraya menunggu dua sahabat selesai shalat. Mbak Win menghampiri kami dan bercerita, membahas acara yang tak lama lagi akan terselenggara  juga rencana- rencana ke depannya untuk komunitas menulis yang beliau dirikan.

“Bu Win, Bunda Pipiet senja masih di rumah Ibu? Kami mau jumpa, Bu.”tanya Zuliana kepada Ibu Win (panggilan Zuliana kepada sosok luar biasa itu) membuka pembicaraan mengenai Bunda Pipiet. Malam jumat itu Bunda tidur di rumah Mbak Win yang membuat kami ingin sekali bertemu langsung dengan beliau.

“Uda gak lagi…..bla..bla…bla…”jelas Mbak Win membuat kami kecewa. Dari kami ketiga yakni aku, Zuliana dan Finza hanya aku yang berusaha cool  mendengar jawaban Mbak Win sedangkan kedua sahabatku mencak- mencak, tidak terima. Mbak Win tersenyum melihat tingkah kedua sahabatku itu. Ets, tunggu dulu. Tiba- tiba Hp Mbak Win berbunyi tanda sms masuk. Tahukan kalian siapa yang sms beliau? Bunda Pipiet senja. Bunda ada perlu dengan Mbak Win sehingga akan datang lagi ke rumah Mbak Win sore itu. Subhanallah. Aku melihat kegirangan yang luar biasa di wajah dua sahabatku itu sedangkan aku masih sangat cool seperti awal tadi. “Kalian cepat ke rumah Mbak, biar jumpa ma Teteh. Naek angkot 81 dari belakang….bla..bla..bla…!”kata Mbak Win yang membuat kami semakin girang. Kami berjalan, ah tepatnya jalan lari karena kecepatan jalan kami sudah melebihi orang yang sedang bersepeda. Hehe

Lagi- lagi kami harus menunggu angot yang cukup lama datang, menghampiri kami. Nah, angkot 81 ada di depan kami namun sangat penuh tapi kami tetap naik walau sempit- sempitan. Yang ada di pikiran kami hanya sampai dengan cepat, bertemu Bunda Pipiet, foto bareng dan tak lupa minta tanda tangan beliau. Syukurnya angkotnya ngebut dan kami suka itu. Hehe. Sepanjang jalan tak henti- hentinya kami ngoceh, membahas tentang Bunda Pipiet. Kami berandai- andai, pokoknya angkot yang penuh semakin penuh dengan suara kami yang nyaring. Gak ada malunya ya kami? Hehe. Inikan demi ketemu Bunda Pipiet. Tangan Finza dingin, Zuliana gemetar dan aku tetap cool walau sebenarnya aku deg- degan sekali. *__^

“Pinggir, Pak!”kataku sedikit teriak takut si Pak Supir gak dengar. Dan kami pun turun di simpang. Kami berjalan cepat sekali menuju rumah Mbak Win. Kali ini aku tak dapat lagi sembunyikan rasaku. Kakiku sedikit gemetar dan detak jantungku berdegup lebih kencang. Dan kami pun sampai di depan gang rumah Mbak Win. Kami berlari mendekati dua wanita berjilbab yang membelakangi kami yang kami pikir salah satunya adalah Bunda. Eh, ternyata Kak Fitri dan Kak Mustika. Kami tertipu. Hehe.

“Kak, Bunda Pipiet mana?”tanya Zuliana kepada Kak Fitri. Kak Fitri menunjuk sebuah mobil hitam yang parkir tak jauh dari tempat kami berdiri.

“Sini kakak antar jumpa Bunda!”kak Fitri membukakan pintu mobil dan jreng…jreng… jreng… Penulis hebat yang selama ini karyanya kami baca telah ada di depan kami menetap kekonyolan fansnya. Karena terpana, beberapa menit kami bertiga hanya diam tanpa kata melihat Bunda.

“Cepat, Dek!”suruh Kak Fitri, menyadarkan kami yang terdiam. Dan kami pun mencium tangan Bunda secara bergantian. Bunda ramah sekali. Beliau menerima kedatangan kami dengan senyum indahnya yang membuatku semakin mengaguminya. Bunda bertanya nama dan asal tinggal kami. Kami cerita banyak dengan beliau di dalam mobil yang masih terparkir di depan rumah orang. Dan season tanda tangan pun mulai. Aku mendapat tanda tangan asli dari Bunda. Senangnya. Ets, itu belum berakhir. Season foto- foto pun tak terlupakan. Kupeluk Bunda seperi memeluk mamakku yang saat itu benar- benar aku rindukan. Bunda tak sedikit pun risih dengan tingkah kami. Bunda tertawa dan menyebut kami “3 akhwat yang mengaku fans maniak” Hehe. Senangnya aku hari itu. Kegalauanku akan tugas- tugas sirna dan aku mendapatkan semangat baru dari Bunda. Terima kasih Bunda buat hari indah itu. Sudah selesai? Belum donk!!!



Tahukah teman- temanku hal apa lagi yang kami dapatkan dari Bunda? Bunda mengajak kami ke Brastagi. Seorang Pipiet senja, penulis luar biasa mengajak kami para anak- anak aneh jalan- jalan dengannya. Subhanallah, Bunda sangat baik sekali. Sekali lagi aku ingin mengatakan bahwa aku semakin mengagumi beliau. Sepanjang jalan kenangan hehe, bunda banyak bercerita tentang dirinya, dunia tulis yang ia tekuni, cara menulis yang baik, dan banyak lagi. Bunda gak ada capeknya. Semangat dan sangat energic sekali.  Oh ya, saat di perjalanan, Bunda pengen makan pisang goreng asli Medan dan dengan seksama kami melihat kanan kiri tukang pisang goreng. Alhamdulillah, akhirnya ada.
“Alhamdulillah, uda kesampaian makan pisang goreng Medan.”kata Bunda yang mengundang tawa semua orang yang ada di mobil.

Perjalanan pun berlanjut. Masih dengan segudang cerita, beliau mengajak kami menemukan perbedaan perjuangan hidupnya dengan kami sekarang ini.  Beliau tak segan- segan menceritakan penderitaannya saat dulu kala hingga akhirnya ia mencium sukses kini. Aku lagi- lagi semakin kagum padanya. Bunda wanita hebat yang kaya semangat.



Dan tepat pukul 20.10 WIB, kami berhenti di sebuah mesjid yang sangat indah. Kami menunaikan kewajiban. Selesai shalat kami sedikit berdiskusi namun tanpa Bunda. Karena Brastagi masih sangat jauh dan kami kasihan dengan Bunda yang takunya kecapekan maka kami memutuskan ke Hill Park saja. Kasihan Bunda jika harus jauh- jauh sedangkan hari Sabtu dan Minggu Bunda masih harus mengisi acara di beberapa tempat di Medan. Sampai di Hill Park, kami makan bersama di restaurant Garuda. Aku mencuri- curi pandang ke arah Bunda. Apa yang Bunda makan menjadi sasaran penglihatanku. Bunda sangat bersahaja. Beliau tidak membeda- bedakan kami, yakni 3 anak aneh yang konyol. Hehe. Setelah selesai berkeliling Hill Park, kami pun pulang. Bunda tertidur. Begitu pula Mbak Win, Kak Fitri, Kak Mustika, dan Finza. Sedangkan aku dan Zuliana masih dengan segala cerita yang tak habisnya yakni tentang Bunda juga dunia kepenulisan. Dan akhir kebersamaan kami dengan Bunda yakni pukul 11. 15 WIB. Aku, Zuliana, Finza tidur di rumah Mbak Win sedangkan Bunda, Kak Fitri dan Kak Mustika tidur di sebuah rumah yang kata Mbak Win tempat tidurnya bagus banget. Hehe.

Sukses selalu ya Bunda! Jaga kesahatan Bunda. Kami pasti sangat merindukan kebersamaan dengan Bunda. Love U Bunda…..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar