Pengunjung Setia

Senin, 18 Juli 2011

B E R S E D E K A H yuuukkkk TEMAN !!!!!

 Assalamu'alaykum Ya Akhi dan Ukhti yang dirahmati Allah

KLIK > ::::: www.income-syariah.com/?id=fauziahharsyah :::::

Rasulullah s.a.w Bersabda : "Allah akan senantiasa menolong seorang hamba selama ia senantiasa menolong saudaranya.", "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama"

Mari BERBISNIS & BERBAGI dengan sesama. Silahkan Kunjungi, KLIK >> ::: www.income-syariah.com/?id=fauziahharsyah ::: (Setiap Kunjungan, InsyaAllah Anda akan mendapat GRATIS 10 Software Islami dan Tausiah Ustadz Arifin Ilham & Yusuf Mansur )



====== B E R B I S N I S dan B E R B A G I ======
Main facebook dapat D U I T dapat P U L S A dan sekaligus sedekah ^_^
Silahkan Kunjungi, KLIK >>
(Setiap kunjungan, InsyaAllah Anda akan mendapat Gratis 10 Software Islami, semoga bermanfaat)


RESENSIKU DI MEDAN BISNIS 10 Juli 2011

Buku & Job Minggu, 10 Jul 2011 09:39 WIB
Info Buku
Judul           : Sakti & Sapi Rebo
Pengarang   : Shabrina WS
Penerbit       : LeutikaPrio
terbit           : Februari 2011
isbn             : 978 – 602- 9079
tebal            : 108 halaman


DALAM novel anak “Sakti & Sapi Rebo”ini, banyak hal tidak terduga
yang terjadi pada anak sapi prematur. Salah satunya yaitu Sakti pemilik
sapi prematur yang ia beri nama Rebo dikarenakan anak sapi itu lahir
pada hari Rabu, mampu membuat Rebo semakin hari semakin membaik dan
bertenaga. Yang ditunjukkan dengan kemampuan Rebo membuka matanya. Hal
ini disebabkan karena kegigihan Sakti menjadi Dokter pribadi dalam
mengurus Rebo.

Sakti rela jauh-jauh berjalan kaki ke rumah pemilik induk sapi yang tak lain dan tak bukan adalah Ibunya Rebo yaitu Wage untuk memerah susu yang akan diberikan kepada Rebo. Dan tidak sampai di situ perjuangan Sakti. Kemudian Sakti memberikan Rebo Ibu tiri yang setiap hari susunya akan diperah dan diberikan kepada Rebo. Namun Ibu tiri untuk Rebo bukanlah sapi melainkan seekor kambing yang sudah memiliki dua anak. Hal yang di luar pemikiran kita. Dan yang lebih membuat takjub yaitu Rebo, si anak sapi prematur sudah bisa berjalan dan hebatnya lagi ia menyusu pada ibu kambing yang bukan satu jenis dengannya. Ibu kambing tampak menyayangi Rebo begitu juga dengan kedua anak kambing. Mereka rela membagi susu dengan Rebo, si sapi prematur yang bukan saudara kandung mereka. Sungguh kejadian yang bisa dijadikan contoh untuk manusia agar dapat saling mengasihi satu dengan yang lainnya. Karena, binatang saja bisa kenapa manusia tidak?

Rebo yang sudah terbiasa hidup ramai dan bermain bersama-sama dengan saudara tirinya di kandang merasakan kesedihan yang tiada taranya. Saat prosesi pemisahan antara Rebo dengan kambing- kambing tersebut sungguh sangat mengharukan. Mata Rebo berkaca-kaca, entah benar atau tidak matanya tampak berair dan ia terus melihat ibu tirinya dan kedua saudara tirinya dari dalam kandang. Begitu juga kambing-kambing itu tidak berhenti mengembek menandakan tidak ingin dipisahkan dengan Rebo, namun Sakti harus melakukannya karena pemilik kambing meminta kembali kambingnya setelah melihat Rebo semakin membaik dan kuat.

Tidak cukup sampai di situ kejadian-kejadian yang Sakti dan Rebo hadapi. Banyak bahkan dapat dikatakan sangat banyak. Dan lagi-lagi penulis yaitu Shabrina WS sangat piawai mengemas cerita demi cerita yang ada di dalam novelnya ini. Penulis ini bisa sangat apik menceritakan kisah- kisah berbau binatang dikarenakan kecintaannya yang super kepada dunia hewan.

Dalam novel anak ini, kisah Sakti dan Rebo yang Sakti tuliskan dan diikuti dalam lomba mengarang di majalah anak terpilih menjadi juara tiga. Sakti yang begitu menyayangi Rebo menuliskan kisah Rebo sejak ia lahir hingga harus berpisah dengan ibu tirinya yang menarik hati para juri. Tidak cukuplah sampai di situ kisah Rebo. Lagi- lagi Sakti harus merasakan kesedihan yang luar biasa. Sakti dan Rebo harus berpisah dan tak tahu apakah dapat bertemu kembali. Sakti dipertemukan dengan dua pilihan yang sangat membuatnya bingung.

Di satu sisi Sakti begitu menyayangi Rebo dan tak ingin kehilangannya. Namun di lain sisi Sakti harus memikirkan nyawa istri dan calon anak Pak Sardi, tetangganya. Istri Pak Sardi akan melahirkan namun kata Dokter, Bu Sardi harus dioperasi karena jika tidak dioperasi maka anaknya tidak bisa lahir, yang berarti anaknya meninggal di dalam perut Bu Sardi. Hal inilah yang membuat Pak Sardi harus meminjam Rebo untuk dijual dan uangnya digunakan untuk biaya operasi. Sakti benar- benar bingung. Namun, Bapak Sakti berusaha membantu Sakti mengambil keputusan. Ia mengingatkan Sakti atas peristiwa susahnya Wage saat akan melahirkan Rebo. Dan Sakti pun membayangkan begitulah istri Pak Sardi sekarang ini.

Maka, setelah beberapa menit berpikir, maka Sakti pun mengambil keputusan bahwa ia merelakan Rebo untuk dijual. Akan tetapi ia meminta agar Rebo tidak disembelih karena ia berkeinginan akan membeli Rebo kembali jika sudah memiliki uang. (fauziah harsyah)

Penulis adalah pencinta buku dan mahasiswi Universitas Islam Sumatera Utara (UISU)  FKIP Kimia  

http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2011/07/10/44181/merajut_kasih_sayang_dengan_hewan/#.TiQgaVum5Y0

Selasa, 28 Juni 2011

Untukmu Kakak: Kak RK

Assalamualaikum

Jangan pandang aku dengan tatapan yang seperti itu. Aku takut dengan tajam matamu.

Aku pun sangat takut dengan diammu. Lebih baik kau marahi aku. Lebih baik aku mendapat omelanmu daripada kau diamkan aku.

Aku tau terlalu banyak keluhku kepadamu.
Terlalu banyak masalahku yang kubebankan padamu.
Aku minta maaf. Maaf.

Hari ini aku merasa telah jahat padamu. Sesaat pesan singkatmu sampai ke Hp-ku, aku terdiam. Aku renungi apa yang telah kuperbuat padamu hari ini. Maafin aku.

Di note sederhana ini......

Aku ingin katakan bahwa aku merindukanmu.
Jika kau tadi katakan bahwa aku tak rindu, itu salah besar.

Aku sungguh merindumu,Kakakku.
Afwan, aku telah menggores luka di hatimu, hari ini.

Untukmu Kak RK yang jauh di sana.

Kamis, 23 Juni 2011

KESAKITAN DINI HARI : Salah Berharap

"Jangan berharap pada manusia tapi berharaplah pada Rabb manusia"

Malam ini,ah tepatnya dini hari aku lagi lagi ada di dunia maya bersama kakak kakakku. Dan entah mengapa kecemburuanku pada seorang kakakku tak dapat lagi aku bendung. Cemburu ini telah lama hadir namun aku berusaha menepisnya. Aku tak ingin karena cemburuku ini membuatku menjadi sedih dan kecewa jika tak berbalas. Ah,benar saja. Aku yang menyampaikan kecemburuanku kepadanya sedikit kecewa. Tak mau banyak banyak kecewanya, perih.

Apa aku harus memiliki latar belakang yang sama dengan mereka hingga akhirnya engkau memberiku sedikit 'gizi'?aku ngebatin dan terus berpikir.

Bukannya jika engkau mencintaiku sebagai adikmu, akan ada waktu untukku? Ya,sedikit saja dari sekian banyak waktumu. 0,001 M jika dalam kimia sudah merupakan konsentrasi larutan yang kecil. Nah,aku meminta waktumu untuk memberikan aku 'gizi' kurang dari konsentrasi molaritas itu. Sedikit saja. Tak mampukah engkau,kak?

Aku salah telah berharap mendapat gizi darimu,Kak. Aku milik Allah jadi sudah sepatutnya aku meminta gizi hanya padaNYA. Allah malah tanpa diminta dan tanpa kucemburui sudah memberikan gizi itu padaku. Nyata dan sangat nyata.

*Note Sesudah Tidur*
Ruang redup, 23 Juni 2011

Selasa, 21 Juni 2011

FF PERJODOHAN

PERMINTAAN TERSAMBUT

Dahiku selalu berlipat tatkala Ibuku bertanya hal yang sama setiap harinya kepadaku. Bisa dikatakan aku sudah bosan ditanya dengan hal itu- itu saja. Bukankah Ibu dan Bapak sudah memiliki tiga menantu, tapi mengapa tak juga puas? Bantinku bertanya.

“Mana Nduk, menantu buat Ibu dan Bapak?” tanya Ibu seraya menggangkat pakaian di jemuran. 

“Nanti- nanti, dech, Buk!  Aku masih sibuk. Kasihan nanti suamiku nggak terurus karena kesibukanku, Bu.”tukasku.

“Nanti- nanti? Mau sampai kapan? Hitung umurmu!” ujar Ibu yang kaget mendengar jawabanku barusan. Aku diam. Ibu yang baru saja duduk di sampingku  lalu beringsut. Meninggalkanku sendiri sambil mengingatkanku akan sesuatu.

“Ingat perjodohan itu!”
***
Syair gelisah menjalari malamku. Aku teringat kata- kata Ibu dan Bapak bahwa mereka sudah mempunyai jodoh buatku.

“Tacan, dipanggil Nenek!”ujar Mariam, anak Abangku. Aku mengangguk dan bergegas ke luar kamar. Di ruang tengah ada kedua orangtuaku juga Abangku. Sepertinya mereka akan bicara penting.

“Langsung saja. Karena Bapak dan Ibu tidak melihat keseriusanmu memikirkan pendamping hidupmu maka kami sudah bulat dengan rencana yang ada yaitu menjodohkanmu dengan Imron, anak Pak Ilyas. Apa kamu bersedia?”pertanyaan Bapak bak petir di siang bolong. Tidak seperti hari- hari biasanya mereka seserius ini.

“Aku masih senang begini, Pak. Tidak sibuk mengurus suami dan anak. Tulisan- tulisanku memerlukan perhatian khusus sehingga aku harus konsen pada tulisanku.”jawabku.

“Apa kamu masih mau menghabiskan hidupmu tanpa suami? Apa tulisan- tulisanmu itu bisa menghasilkan menantu buat Ibu?”tanya Ibu dengan nada tinggi. Entah apa yang membuat Ibu belakangan ini suka marah jika berhubungan dengan jodohku. Aku menunduk, tak berani melihat Ibu.

“Besok keluarga Imron akan datang untuk membicarakan hal ini. Bapak harap kamu lebih bijak mengambil keputusan. Sekarang kembalilah ke kamarmu!”suruh Bapak.

Seperti biasanya, malam ini aku pun menuangkan segala keluh kesah, kesedihan dan kebimbanganku di note facebook-ku. Aku curahkan semua.

“Mengapa sedih, Dik? Semua cobaan ada jalan keluarnya. Ambillah keputusan dengan bijak.”komentar seorang lelaki yang sering sekali mampir di note-ku, serta membagi note-nya padaku. Ia lelaki perhatian dan shaleh. Aku menaruh kagum padanya. Walaupun kami belum saling tahu wajah, alamat dan pekerjaan satu sama lain tapi kami sudah sangat dekat di dunia maya.
***
Keluarga Imron sudah hadir. Acara temu keluarga pun di mulai. Ayah Imron menjelaskan maksud kedatangannya. Aku menunjukkan wajah yang kurang suka dengan acara itu. Hingga akhirnya Imron pun angkat bicara.

“Dik Sabria, sebelumya saya minta maaf. Sebenarnya ini adalah keinginan saya agar orangtua saya meminta kepada orangtua adik menjodohkan kita. Sesungguhnya saya sudah kenal baik dengan adik. Saya ini adalah lelaki yang selama ini dekat dengan adik di facebook. Saya yang memberikan saran- saran atas note adik.

Saya telah lama menaruh hati dengan adik. Lewat facebook-lah saya berani memulainya untuk membantu segala kebimbangan adik. Sekarang, maukah adik menerima perjodohan kedua orangtua kita?”Aku masih sangat tak percaya. Tapi hatiku tak lagi mampu dibohongi bahwa aku juga telah sayang padanya karena kebaikannya selama ini padaku. Akhirnya aku menyetujui perjodohan itu. Dan kini kami telah dua tahun hidup bersama. Ada hal yang paling membahagiakan yaitu kami telah membuat buku kisah cinta kami yang berawal di facebook.

 Ket:
Tacan = Tante cantik

DI BALIK ISI HATI

Ini tepat dua tahun Bapak dan Mamakku meninggal. Pun berarti sama pula dengan lamanya aku hidup menumpang di rumah Tulang. Bukanku tak bersyukur telah diberi tumpangan oleh keluarga Tulang tapi selama ini aku menahan derita yang teramat sakit. Bahkan sangat sakit.

“Untuk membalas kebaikan kami, kau harus mau kami kawinkan dengan Ramos. Tulangmu tak punya pilihan lain untuk menebus semua hutang- hutang judinya.”jelas Nantulangku. Aku terkejut. Sontak kumenolak dengan tegas.

“Aku tidak mau. Apa hak Nantulang menjadikan aku bayaran akan hutang Tulang?”tanyaku dengan nada tinggi tidak terima. Sangat tampak kemarahan di raut muka Nantulang.

“Kau tanya apa hakku? Aku ipar Mamakmu yang selama ini mengurusmu jadi aku punya hak menjodohkanmu dengan siapa saja pilihanku. Ngerti?”Nantulang seenak dengkulnya saja menentukan jodohku. Jika ia jodohkan aku dengan pria baik- baik mungkin aku masih bisa terima dengan ikhlas. Tapi ini Ramos. Laki berambut keriting tergerai panjang, lengan dan badannya berpahat tato, pemabuk tuak dan raja judi di kampungku. Setiap wanita pasti berpikir miliaran kali untuk menerimanya sebagai calon suami, begitu pula lah aku.
***
Ini waktu yang tidak aku inginkan ada di hidupku. Ramos datang ke rumah Tulang untuk meminta aku menjadi istrinya. Aku sejak siang tadi mengurung diri di kamar, tidak ingin bertemu dengan lelaki pamabuk itu.

“Turlip, cepat keluar! Ramos sudah datang. Jangan buat Nantulang malu!”ujar Nantulang seraya menggedor keras pintu kamarku. Aku takut sekali. Terus kupanjatkan doa padaNya untuk membukakan jalan buatku. Aku menikah dengan lelaki itu? Ah, tak bisa aku bayangkan gilanya pilihan Nantulang dan Tulangku.

“Cepat keluar! Apa perlu aku dobrak pintu ini?”ancam Tulangku. Aku yang takut, berusaha menguatkan kakiku untuk berjalan keluar menemui Ramos.

“Cantik kali kau, Dek! Janganlah pula takut sama Abang Ramos!”ujar lelaki aneh itu. Ia datang memakai baju tak berlengan dengan memegang botol tuak.

“Kau salam dulu calon suamimu itu!”suruh Tulang. Aku tak mau, tapi Tulang memaksaku dengan tatapan mata sangar.

“Baiklah, aku putuskan minggu depan kita kawin! Akan aku buat pesta besar- besaran dengan keyboard dan biduan seksi biar rame.”

“Aku tidak mau menikah denganmu. Lelaki sepertimu bukan mauku,”jawabku dengan emosi. Tulang nyaris menamparku tapi dengan cepat Ramos menangkap tangan Tulang.

“Jangan kasar dengan calon istriku! Ngerti?” Ramos menandaskan tuaknya lalu pergi meninggalkan kami.

***
Make up yang sudah menempel di wajahku hilang terhapus airmata kesedihanku. Semua tamu undangan tak sabar menungguku keluar kamar, suara keyboard menambah ramai suasana pesta pernikahan yang tak pernah aku inginkan.

“Turlip cepat keluar! Calon suamimu telah hadir.”suruh Nantulangku. Aku keluar kamar dengan airmata yang terus menetes.

Prosesi pernikahan akan segera dimulai, tapi Ramos malah pergi meninggalkanku, tepatnya kami semua. Beberapa menit setelah ditunggu Ramos pun datang bersama Trion yang tak lain dan tak bukan adalah kekasihku. Trion sangat rapi memakai jas seperti lelaki yang akan menikah.

“Menikahlah kau dengan Trion! Aku tahu kalian saling mencintai. Walaupun aku bejat tapi aku tak tega menyakiti perasaan kalian. Trion telah banyak membantuku, membelikanku tuak asli yang tak ada di kampung kita ini. Selain tuak, Trion juga sahabatku,”jelas Ramos yang membuat semua orang tak percaya. Termasuk aku.
  
Ket:
Kali: sangat, sekali, banget
Nantulang: Panggilan untuk adik perempuan dari orangtua kita
Tulang :Panggilan untuk adik laki- laki dari orangtua kita

Senin, 20 Juni 2011

APA YANG KUTULIS???

Assalamualaikum :)

Suara detik jam menemaniku hingga pagi menyambut. Ya, pukul 03.30 WIB aku belum juga terlelap. Aku masih menjadi pemerhati dunia maya. Sangat setia diriku ini dengan kehidupan maya karena di sini pula aku menemukan kehidupan sebenarnya. Maksudnya?

Aku butuh seseorang untuk berbagi kisah. Tapi anehnya aku juga tak tahu kisah apa yang harus aku bagi. Aku seakan tak berpijak. Pikiranku melayang terbang jauh tanpa arah dan batas. Hatiku di mana? Lah, kok nanya sih?? Hatiku kini akan aku jaga agar tak mencintai lelaki yang bukan mukhrimku. Hati ini kupersembahkan buatNya karena memang milikNya lah jadi tak ada hakku sesuka hati memberikan atau meletakkan hati ini sebelum aku mendapat RidhoNya.

Sejak beberapa hari lalu aku memutuskan hidupku tidak mengenal cinta kepada lelaki yang bukan mukhrimku, sungguh aku merasa lebih tenang. Aku tak dibebani dengan takut menyakiti lelaki. Pun aku juga tidak sibuk memikirkan harus bersikap baik kepada lelaki yang kadang kala aku berpura- pura baik padahal aku muak dengan cinta lelaki itu yang hanya ingin bahagianya saja.

Malam ini, ah tepatnya dini hari aku masih di depan layar petak melihat huruf- huruf yang tak pernah jauh dariku. Aku merangkai kata hingga menjadi kalimat dan berbentuk cerita. Yah, walaupun aku akui jalan cerita yang aku buat entah kemana- mana. Maklumlah aku sudah ngantuk hanya saja mataku yang tak juga ingin dipejamkan. Aku mulai ngelantur nulis cerita. Sebenarnya aku mau cerita apa sih? Lah, kok nanya lagi??

 Yah, intinya setelah aku memutuskan untuk tidak mencintai sebelum menikah hatiku terasa lebih ringan. Sudah tak ada lagi yang namanya gundah gulana, galau, seperti apa yang selalu aku keluhkan pada teman- temanku ataupun Inang Rhin. Syukur deh aku bisa sadar walau sudah sangat lama. Dan masih seumur jagung pula kesadaranku ini. Janganlah sampai aku terjerumus lagi. Aku mau fokus pada duniaku bukan dunia bersama.


Ehmm, di akhir cerita tidak jelas ini aku tetap ingin berterima kasih kepada Allah SWT yang masih memberikan aku kesempatan untuk sadar dan berubah. Alhamdulillah. Allah begitu mencintaiku. Dia menyelamatkanku dan membukakan mataku untuk sadar dengan apa yang sudah atau pernah aku jalani. Allah jangan lepaskan pelukanMu dari tubuhku ini. Selalulah rangkul aku ya Allah. Dan aku juga berterima kasih kepada ayah dan mamakku beserta keluarga besarku yang tidak menyetujui hubunganku dengan lelaki itu hingga aku rela melepasnya. Mak, anakmu ini menuruti inginmu lohhh karena aku lebih cinta mamak dan ayah daripada dia. Ehmm, ini ucapan terima kasih yang juga sangat besar. Ya, pada kakak manisku yang jauh di pulau seberang namun dekat di hati. Inang Rhin, makasih ya untuk bimbinganmu kepadaku selama ini. Jangan bilang- bilang ya kalau aku ini sempat takut ditelpon- telpon lelaki itu. Lah, kok dibilang? Hehehe...

Udah ah.. makin gak jelas nih aku... capek juga ya cerita gak jelas kayak gini tapi puas rasanya menuangkan segalanya. Hoaamm, aku ngantuk. Liat dech mataku uda merah. Mukaku uda pucat karena aku gak ada makan nasi satu harian ini. Aku makan mie pula. Lah aku kok malah curhat dan buka kartu? Ah, makin gaje nih si unyu..unyu...

Bye semua... Assalamualaikum (aku tetap alim kan?hehhehe)

Dia Adikku (Note Dari Kakak Terbaikku di Bima, NTB)

Dia Adikku 
 
Senyumnya ini lho yang bikin penasaran pengen ketemu langsung :)
 
Dia Adikku, seorang perempuan santun dan berhati lembut.
Dia adikku, seorang wanita Medan yang kental logat bataknya jika berbicara.
Dia adikku, sekeping cinta yang hadir melengkapi mozaik hati.
Dia adikku, hembusan angin sepoi yang menyejukkan jiwa.
Dia adikku, senyumannya adalah embun pelengkap harmoni subuh.
Dia yang memainkan simfoni keindahan yang memenuhi gendang telinga lalu menitipkan cipratan-cipratan kasih sayang disetiap lekuk dinding telinga yang kemudian ujung-ujung saraf mengantarkannya ke otak dan hati.
Dia yang kadang lebih sering ku kirimi 'omelan' karena acap kali memainkan diri dengan kesakitan.
Dia dia dia....

Kapan aku dan dia berjumpa?
Sebatas maya yang menjadi penghalang
Adakah yang mau mempertemukan?
Sebab kadang aku takut dengan masa penghabisan

Masa yang siapapun tak ada yang  tahu kapan datangnya
Masa yang kadang membuatku kuyu lalu terpuruk karena tak tahu amalan dan pahala
sedikit harap hadir jika mungkin Surgalah tempat pertemuan
Kata orang dia lucu tubuhnya imut
aih aih aih benarkah??!
Dia dia dia....
Dia adikku, seorang yang pencemburu
sama denganku ^_^v

Makasih ya kakakku.... aku begitu mencintaimu karena Allah :)